21/03/14

BIOGRAFI CHRISYE

           

          Chrisye berasal dari keluarga Betawi – Tionghoa. Lahir tanggal 16 September 1949 di Jakarta - Indonesia, dengan nama asli Christian Rahadi yang kemudian berganti nama menjadi Chrismansyah Rahadi atau dipanggil Chrisye.

          Chrisye adalah seorang musisi, pencipta lagu, dan penyanyi legendaris Indonesia. Nama ayahnya Laurens Rahadi dan ibunya Hanna Rahadi. Chrisye hanya 3 bersaudara dan dia merupakan anak ke dua. Nama saudaranya yang lain adalah Joris (kakak Chrisye) dan Vicky (adik Chrisye).

Ia menikah dengan Yanti (Gusti Firoza Damayanti Noor) yang berdarah Dayak – Minang, dan ChrisyeGuruh Soekarnoputra yang berasal dari keluarga Nasrani memilih masuk agama Islam mengikuti sang istri. Yanti sendiri adalah juga seorang penyanyi dan sekaligus merupakan sekretaris .

Chrisye dan Yanti dikaruniai 2 orang anak yakni: Rizkia Nurannisa dan Risty Nurraisa.

Sejak usia kecil, Chrisye sudah sering mendengar lagu – lagu koleksi milik ayahnya seperti: Frank Sinatra, Bing Crosby, Nat King Cole, dan beberapa koleksi lainnya.

Saat duduk di SMA, Chrisye mulai tertarik bermain musik. Ayahnya sempat membelikan dia sebuah gitar, sehingga Chrisye bersama Joris (sang kakak) sering belajar main musik dirumah. Mereka belajar otodidak sambil mempelajari musik yang di dengar dari piringan hitam milik ayahnya serta melalui lagu – lagu yang disiarkan radio pada saat itu. Chrisye lebih suka memainkan gitar bas, karena menurutnya sangat mudah dipelajari. Mereka kerap mengisi acara hiburan disekolah dengan bermain musik.

Diera tahun 1969, Chrisye bergabung sebagai basis dalam band bentukan keluarga Nasution (mantan tetangga Chrisye saatmasih kecil). Nama grup band tersebut adalah Sabda Nada yang kemudian diubah namanya menjadi Gypsi Band.

Chrisye pernah mengecap pendidikan di perguruan tinggi Universitas Kristen Indonesia (UKI). Namun karena jadwal manggung Gypsi Band yang sering tabrakan dengan jadwal kuliah Chrisye, akhirnya dia pindah kuliah ke Universitas Tri Sakti yang jam kuliahnya berbeda dengan jadwal pertunjukan Gypsi Band.

Tahun 1972, Gypsi Band mendapat tawaran manggung di New York – Amerika Serikat, namun saat itu Chrisye tidak ikut serta. Setelah beberapa bulan kemudian, Chrisye pun menyusul Gypsi Band ke New York dan meninggalkan bangku kuliahnya.

Selama di New York, Gypsi Band hanya membawakan lagu – lagu milik orang lain, baik itu lagu – lagu Indonesia maupun lagu – lagu barat.

Chrisye sempat mudik ke Indonesia pada tahun 1973, namun tahun 1974 ia pun balik lagi ke New York. Pada tahun 1975 Chrisye kembali pulang ke Jakarta – Indonesia karena wafatnya Vicky sang adik.

Akhirnya Chrisye memutuskan untuk menetap di Indonesia dan kembali ikut latihan bersama Gypsi Band beserta Guruh Soekarnoputra. Grup mereka saat itu namanya Guruh Gypsi sementara Chrisye sebagai vokalisnya. Mereka berhasil merekam sebanyak 4 lagu.

Tahun 1976 Guruh Gypsi pun meluncurkan album pertama mereka dan dianggap sukses.

Ia kemudian diajak oleh Jockie Surjoprajogo untuk ikut rekaman nyanyi di album kompilasi Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 milik Radio Prambors Rasisonia. Ia ditawari membawakan lagu “Lilin – Lilin Kecil” ciptaan James F. Sundah. Di album ini, lagu yang dinyanyikan Chrisye, diikutkan dengan lagu - lagu yang dibawakan oleh pemenang lomba lainnya.

Ternyata album ini meledak dipasaran dengan mengandalkan lagu “Lilin – Lilin Kecil” di tahun 1977.

Chrisye kembali rekaman tahun 1977 untuk album “Jurang Pemisah”, namun sayangnya album ini tidak sukses.

Tahun 1978, Chrisye kembali rekaman album untuk soundtrack film Badai Pasti Berlalu. Di album ini Berlian Hutahuruk diajak serta untuk khusus menyanyikan lagu “Badai Pasti Berlalu”. Album ini pun laris dipasaran.

Bulan Mei 1978, Chrisye memutuskan untuk serius bersolo karier dengan mulai menciptakan album “Sabda Alam”, setelah diajak oleh perusahaan rekaman Musica Studios. Penggarapan album ini dilakukan dengan serius dan dipromosikan ke radio – radio diseluruh nusantara juga disiarkan melalui TVRI. Ternyata album ini sangat laris dipasaran.

Tahun 1979 Chrisye bersama Jockie Surjoprajogo merilis album “Percik Pesona”, namun kurang diterima pasar.

Masih ditahun yang sama, Chrisye kembali menggarap album berjudul “Puspa Indah” dengan nuansa romantis. Di album ini berisikan lagu andalan “Gali Dan Ratna” serta “Gita Cinta”, yang kemudian di jadikan soundtrack film Gita Cinta Dari SMA. Album milik Chrisye ini kembali meraih sukses dan diterima oleh pasar.

Tahun 1981 album “Pantulan Cinta” diluncurkan oleh Chrisye yang masih kerja sama dengan Jockie Surjoprajogo. Namun album ini gagal dipasaran.

Tahun 1983 album “Resesi” digarap oleh Chrisye, Eros Jarot, dan Jockie Surjoprajogo. Album pop ini masih bernuansa romantis namun iramanya dipengaruhi oleh lagu - lagu dari grup The Police. Album ini juga laris dan sukses di pasar. Beberapa lagu hits dari album ini antara lain: Lenny, Hening, dan Malam Pertama.

Kemudian masih di tahun1983, Chrisye, Eros Jarot, dan Jockie Surjoprajogo, kembali merilis album “Metropolitan”, dan mereka bertiga lanjut merilis lagi Album “Nona”. Kedua album ini lumayan berhasil diterima masyarakat pencinta lagu pop tanah air. Album “Nona” ini berhasil meraih Sertifikat Platinum.

Tahun 1984, Chrisye meluncurkan album berjudul “Sendiri” yang penggarapannya dilakukan bersama Addie MS dan meraih penghargaan dari BASF AWARD.

Pada tahun 1985 Chrisye bekerja sama dengan Adjie Soetama dan menghasilkan dua album berturut – turut yaitu: “Aku Cinta Dia” yang sangat laku keras di pasaran serta berhasil meraih sertifikat emas, kemudian dilanjutkan dengan peluncuran album “Hip Hip Hura” yang juga laku dipasaran.

Album “Nona Lisa” dirilis tahun 1986 oleh Chrisye yang masih bekerja sama dengan Adjie Soetama dan diterima baik oleh pencinta lagu pop di Indonesia.

Tahun 1988 album “Jumpa Perdana” digarap oleh Chrisye kemudian tahun 1989 dia mengeluarkan album “Pergilah Kasih”.

Tahun 1993 Chrisye berkolaborasi dengan Yonky menggarap album “Sendiri Lagi”, dan album ini sukses meledak dipasar.

Tanggal 19 Agustus 1994, Chrisye mengadakan konser tunggal diacara ulang tahun RCTI ke-4. Konser ini dipercayakan kepada Erwin Gutawa untuk penggarapan musiknya. Ribuan tiket yang yang disediakan oleh panitia ternyata habis terjual.

Sukses dengan konser tunggal di Jakarta, Chrisye kemudian menggelar konser berikutnya di Bandung, Surabaya, dan Surakarta. Konser di ketiga tempat ini pula terbilang sukses, terbukti dengan habisnya tiket terjual.

Tahun 1996 album “AkustiChrisye” dirilis dan juga laku diterima pasar. Sebagian besar album ini direkam di Sydney dengan iringan orkestra dari Australia. Erwin Gutawa dipercayakan untuk melakukan mastering di album ini.

Album “Kala Cinta Menggoda”, diluncurkan pada tahun 1997 dan penjualannya juga sukses dipasaran. Setahun kemudian di tanggal 10 September 1998, video klip dari lagu yang juga berjudul Kala Cinta Menggoda dari album ini, meraih penghargaan MTV Video Music Award for South-East Asia. ChrisyeUniversal Amphitheater menerima penghargaan tersebut di – Los Angeles , Amerika Serikat.

Di Tahun 1999 pihak Musica Studios menawarkan untuk mempopulerkan kembali album “Badai Pasti Berlau”. Di album ini Chrisye masih bekerja sama dengan Erwin Gutawa dan diiringi oleh Victorian Philharmonic Orchestra – dari Australia. Kabarnya album ini menghabiskan biaya produksi sebesar Rp.800 juta. Untuk promosi album ini, Chrisye mengelar konser di Plenary Hall – Jakarta. Hasilnya, album ini sangat laku dipasaran.

Album “Konser Tur 2001” di luncurkan Chrisye pada tahun 2001. Setahun kemudian album “Dekade” dirilis dan materinya berisikan lagu – lagu yang dimulai era tahun 1940-an diantaranya ciptaan Ismail Marzuki yaitu Keroncong Pasar Gambir hingga lagu – lagu era 1990-an seperti Kangen milik Dewa 19. Penjualan album ini meraih sukses dipasaran.

Album “Senyawa” diluncurkan tahun 2004. Album ini merupakan karya terakhir dari Chrisye. Di album ini, ia sudah tidak bekerja sama lagi dengan Erwin Gutawa. Dipasaran, album “Dekade” ini sukses diterima oleh pendengar musik pop Indonesia.

Dibulan Juli 2005, Chrisye masuk rumah sakit Pondok Indah karena sesak nafas. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit Mount elisabeth – Singapura, dan didapati bahwa Chrisye mengidap kanker paru – paru. Ia kemudian diharuskan untuk menjalani kemoterapi.

Tahun 2006 kesehatan Chrisye mulai membaik. Dengan kondisi kesehatannya yang mulai pulih ini, ChrisyeAlberthiene Endah menyempatkan diri melakukan wawancara bersama untuk penulisan Biografi Chrisye.

Februari 2007, kesehatan Chrisye kembali memburuk. Tepat 30 Maret 2007, Chrisye menghembuskan nafas terakhir dikediamannya, yaitu di Cipete Selatan - Jakarta Selatan. Ia kemudian dikebumikan di TPS – Jeruk Purut.

          Sepeninggalan almarhum Chrisye, Musica Studios meluncurkan 2 album kompilasi yaitu “Chrisye In Memoriam – Greatest Hits” dan “Chrisye In Memoriam – Everlasting Hits”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar