30/03/14

THE ROLLIES (LEGENDARIS JAZZ ROCK TANAH AIR)


          The Rollies dibentuk oleh Deddy Sutansyah atau Deddy Stanzah pada tahun 1967 di Bandung. Saat itu Deddy Stanzah mengajak Iwan Iskandar (drumer), Tengku Zulian Iskandar Madian(gitaris), serta Delly Rollies (keyboard) untuk membentuk The Rollies.

          Nama The Rollies dipakai karena rambut Deddy Stanzah dan beberapa personilnya bentuknya keriting (roll). Awalnya mereka sering membawakan lagu – lagu The Rolling Stones, Beatles, Bee Gees. Namun saat Gito Rollies (Bangun Sugito) bergabung, The Rollies justru sering membawakan lagu – lagu milik James Brown.

Benny Likumahua (pemain trombone) ikut bergabung diakhir era 60-an. Ia banyak menguasai alat musik seperti saxophone, flute, trombone, bass gitar, serta drum. Benny Likumahua yang juga seorang musisi jazz semakin memperkaya nuansa bermusik grup The Rollies dengan menambah unsur alat musik tiup didalamnya.

Formasi The Rollies bertambah lagi dengan hadirnya Didiet Maruto (trumpet) dan Raden Bonny Nurdaya (gitaris) menggantikan Iwan Iskandar yang beralih dari posisi lead gitar ke peniup saxophone. Mereka lebih memilih membawakan jenis musik pop, soul, dan funk.

Walaupun The Rollies sudah menghasilkan beberapa album rekaman dipasaran, namun penjualannya tidak sehebat grup musik pop tanah air seperti Panbers, The Mercys, atau pun Koes Plues, namun The Rollies diakui hebat dan mampu menunjukkan permainan mereka yang luar biasa saat dipanggung.

Ketika grup musik Bee Gees menggelar konsernya di Jakarta pada April 1972 dan Shocking Blue tampil pada Juli 1072 di Jakarta, maka The Rollies - lah yang menjadi band pembukanya.

The Rollies sempat mengalami masa suram saat beberapa personilnya terlibat pemakaian narkoba. Akhirnya Deddy Stanzah memilih keluar disusul meninggalnya salah seorang personil yakni Iwan Krisnawan.

Sebagai formasi baru saat itu, maka Oetje F. Tekol (bass) dan Jimmie Manoppo (drum) ikut bergabung. Justru dengan formasi yang baru inilah pamor The Rollies makin menanjak, terbukti dengan banyaknya hits yang mampu mereka ciptakan.

Beberapa lagu hits The Rollies yang sempat meledak dipasaran, seperti: Kemarau, Bimbi, Kau Yang Kusayang, Hari – Hari, Dansa Yok Dansa.

Lagu berjudul Kemarau di tahun 1979 mendapat penghargaan Kalpataru dari Pemerintah RI melalui Kementrian Lingkungan Hidup saat itu, karena lagu tersebut dianggap ikut menyuarakan tentang lingkungan hidup.

Tahun 1977, dua orang personil The Rollies keluar dari grup ini antara lain Benny Likumahua yang digantikan oleh Wawan Tagalos, kemudian Tengku Zulfian Iskandar Madian dan penggantinya adalah Pomo.

          Tahun 1997 The Rollies berganti nama menjadi New Rollies.











Baca Selanjutnya … THE ROLLIES (LEGENDARIS JAZZ ROCK TANAH AIR)

27/03/14

DARA PUSPITA LADY ROCKERS PERTAMA DI INDONESIA


          Dibentuk tahun 1964, Dara Puspita band adalah grup musik dari Surabaya yang personilnya terdiri dari Titiek Adji Rachman (lead gitar), Lies Soetisnowati Adji Rachman (bas gitar), Susy Nander (drum), dan Ani Kusuma (rithm gitar).

Titiek Hamzah baru bergabung sebagai pemain bas pada tahun 1965 menggantikan Lies yang pingin konsentrasi menyelesaikan studinya. Namun akhirnya Lies balik bergabung kembali dan menggantikan Ani diposisi rithm gitar.

Bakat musik Titiek Adji Rachman bersama adiknya yakni Lies Soetisnowati Adjie Rachman menurun dari ayah mereka (Adji Rachman) yang juga seorang musisi keroncong.

Susy sang penabuh drum dianggap oleh sebagian besar musisi wanita tanah air sebagai idola dan barometer mereka untuk bermain drum sampai saat ini.

          Dara Puspita mulai bersinar dikancah musik tanah air setelah masuknya Titiek Hamzah di grup ini. Titiek Hamzah semasa kecilnya pernah ikut bergabung bersama Yopie Item dalam sebuah grup band anak – anak.

Pertama kali Dara Puspita manggung di Bandung saat tampil bersama Erni Djohan.

Tahun 1967 Dara Puspita menggelar konser di Malaysia dan disaksikan oleh ribuan penggemarnya disana.

Album pertama Dara Puspita adalah album live dengan judul “Jang Pertama”.

Lagu – lagu Dara Puspita banyak dipengaruhi oleh grup musik luar seperti Rolling Stones, Everly Brothers, Bee Gees, Tom Jones.

Beberapa lagu yang direkam oleh Dara Puspita merupakan ciptaan beberapa musisi ternama Indonesia, diantaranya Titiek Puspa, Yon Koeswoyo, dan lain – lain.

Beberapa lagu hits Dara Puspita, antara lain: Pantai Pattaya, Mari – Mari, Kenangan Yang Indah, Burung Kakatua, Surabaja, Welcome To My House, Ba Da Da Dum.

Total album yang dikeluarkan Dara Puspita sebanyak 9 album jumlahnya.

Dara Puspita melakukan tur keliling Eropa dimulai bulan Juli 1968 sampai September 1971, dengan menggelar 250 pertunjukan konser di 70 kota pada berbagai negara seperti di Turki, Jerman Barat, Hongaria, Inggris, Perancis, Belgia, Spanyol, dan terakhir di Belanda.

Dara Puspita juga sempat menggelar pertunjukan mereka di Iran dan meraih sukses disana.

Beberapa saat setelah pulang ke Indonesia, Dara Puspita kembali show di beberapa tempat dan keliling wilayah Indonesia, yakni di Istora Senayan – Jakarta bersama The Rollies dan Panbers.

Selanjutnya Dara Puspita tampil di Pandaan bersama Vivi Sumanti, The Rollies, dan musisi lainnya.

Dara Puspita kembali melakukan tur keliling Pulau Jawa dan Bali seperti di Denpasar, Bandung, Banyuwangi, Malang, Lumajang, Probolinggo, Kediri, Tulungagung, Madiun, Jember, Yogyakarta, Solo, Tasikmalaya, Tegal, Surabaya, dan terakhir di Jakarta.

Setelah tur Pulau Jawa dan Bali, kemudian Dara Puspita menggelar konser mereka di Manado dan Makassar.

          Dara Puspita akhirnya bubar setelah Titiek Hamzah mengundurkan diri secra resmi akibat sudah tidak ada lagi kecocokan terhadap sesama personil. Hal serupa pernah dilakukan Titek Hamzah ketika konser terakhir mereka di Belanda saat melakukan tur ke Eropa.

Saat Di Belanda, Titiek Hamzah membuat surat resmi pengundurannya namun tidak sempat keluar dari Darah Puspita karena bujukan dari personil lainnya.



Baca Selanjutnya … DARA PUSPITA LADY ROCKERS PERTAMA DI INDONESIA

25/03/14

BENYAMIN SUEB SENIMAN MULTI TALENTA


          Bang Ben atau Benyamin Sueb, lahir 5 Maret 1939 di Kemayoran – Jakarta.
Benyamin Sueb merupakan anak bungsu dari 8 bersaudara. Ayahnya bernama Sueb dan ibunya Aisyah.

Saat usia 7 tahun, Benyamin Sueb sekolah di SR (Sekolah Rakyat) Bendungan Jago, namun dikelas 5 dia pindah ke SD. Santo Yusuf – Bandung hingga tamat. Kemudian lanjut ke SMP Taman Madya Cikini, yang pada saat itu Ateng (pelawak) juga bersekolah ditempat yang sama.

Selanjutnya Benyamin Sueb meneruskan sekolahnya ke SMA Taman Siswa Kemayoran. Pernah mengecap pendidikan di bangku kuliah selama setahun, yaitu di Akademi Bank Jakarta.

Pernah mengikuti Kursus Administrasi Negara dan Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan dan Pembinaan Ketatalaksanaan.

Profesi yang pernah digeluti Benyamin Sueb antara lain: pedagang roti dorong, kenek bis PPD, kerja di Bagian Amunisi Peralatan Angkatan Darat lalu pindah ke Bagian Musik Kodam V Jaya, dan Kepala Bagian di Perusahaan Daerah Kriya Jaya.

Ia memiliki 2 orang isteri sah. Yang pertama namanya Hj. Nonnie dan dikaruniai 5 orang anak antara lain: Beib Habbani, Bob Benito, Biem Triani, Beno Rahmat,dan Beni Pandawa.

Nama isteri keduanya adalah Alfiah yang melahirkan 4 orang anak bagi Benyamin Sueb. Nama anaknya antara lain: Bayi Nurhayati, Billy Sabila, Bianca Belladina, Bellinda Syahadati Amri.

          Benyamin Sueb adalah seorang penyanyi, bintang film, pelawak, dan sutradara. Karya – karyanya terhitung sudah menghasilkan 75 album lagu dan 53 judul film. Album terakhir yang dikeluarkan Benyamin SuebKeenan Nasution adalah album rock yang berkolaborasi dengan grup Al Haj bersama .

Berasal dari keluarga tidak mampu akibat ditinggal sang ayah sejak umur 2 tahun, sehingga Si kecil Benyamin Sueb sudah terbiasa hidup ngamen. Dengan tingkah yang lucu penuh humor , Benyamin kecil mapu membuat orang tertawa menyaksikan dia ngamen.

Bakat seninya dipengaruhi dari engkong – engkongnya yaitu Saiti (peniup klarinet) dan Haji Ung pemain Dulmuluk (sejenis teater rakyat).

Saat menikah dengan Nonnie, dia kembali mulai menekuni dunia musik. Bersama teman – temannya di Kemayoran, Benyamin membentuk sebuah band dengan nama Melodyan Boy. Di grup inilah Benyamin Sueb menciptakan 2 lagu yang akhirnya menjadi sangat terkenal, yaitu: Si Jampang dan Nonton Bioskop.

Kemudian Benyamin Sueb bergabung dengan Orkes Gambang Kromo Naga Mustika. Dari grup inilah nama Benyamin Sueb mulai dikenal oleh banyak orang. Terlebih lagi saat ORDE BARU, lagu – lagu seperti “Ondel – Ondel, Si Jampang, dan Kompor Meleduk yang dikeluarkan oleh grup Naga MustikaBenyamin Sueb ini dimana sebagai vokalisnya, ternyata disukai oleh masyarakat tanah air sehingga penjualannya laris diterima pasar.

Gambang Kromo merupakan tradisional musik asli Betawi. Dari sinilah kelsk dikemudian hari Benyamin Sueb ikut memperkenalkan musik gambang kromo yang lebih moderen.

Ketika Benyamin Sueb duet bersama Bing Slamet membawakan lagu Nonton Bioskop, penggemar Benyamin Sueb di nusantara semakin meluas.

Beberapa nama pasangan (duet) nyanyi Benyamin Sueb yang membuat albumnya meledak dipasaran, antara lain: Rossy, Ida Royani, Inneke Koesoemawati, Lilis Suryani, Herlina Effendy, dan Euis Darliah.

Duet Benyamin Sueb dan Ida Royani yang paling banyak menghasilkan album dan tergolong laris dipasaran.

Didunia sinema Indonesia, film film Benyamin Sueb juga banyak yang sukses ditanah air. Sebut saja seperti Si Doel Anak Betawi yang kemudian kelak didaur ulang dalam versi sinetron di televisi, kemudian film lainnya yang laku dipasaran adalah Biang Kerok, Tarsan Kota, Tukang Ngibul, Benyamin Insaf, dan banyak lagi.

Bukti kesuksesan Benyamin Sueb dilayar lebar adalah saat meraih Piala Citra 1973 sebagai Pemain Utama Terbaik dalam film Intan Berduri dan Piala Citra 1975 dalam film layar lebar Si Doel Anak Sekolahan.

Di siaran televisi tanah air, Benyamin Sueb membintangi sinetron Si Dul Anak Sekolahan dan Mat Beken.

Diusianya yang sudah mulai senja pada tahun 1990, Benyamin Sueb masih sempat mendirikan sebuah stasiun Radio FM yang diberi nama Bens Radio. Lewat stasiun radio ini dia ingin menggali kembali dan mempopularkan berbagai tradisi dan budaya Betawi lewat siaran radio ke masyarakat.

          Benyamin Sueb wafat pada 5 September 1995 akibat serangan jantung setelah beberapa hari se belumnya sempat ikut bermain sepakbola.
Baca Selanjutnya … BENYAMIN SUEB SENIMAN MULTI TALENTA

21/03/14

BIOGRAFI CHRISYE

           

          Chrisye berasal dari keluarga Betawi – Tionghoa. Lahir tanggal 16 September 1949 di Jakarta - Indonesia, dengan nama asli Christian Rahadi yang kemudian berganti nama menjadi Chrismansyah Rahadi atau dipanggil Chrisye.

          Chrisye adalah seorang musisi, pencipta lagu, dan penyanyi legendaris Indonesia. Nama ayahnya Laurens Rahadi dan ibunya Hanna Rahadi. Chrisye hanya 3 bersaudara dan dia merupakan anak ke dua. Nama saudaranya yang lain adalah Joris (kakak Chrisye) dan Vicky (adik Chrisye).

Ia menikah dengan Yanti (Gusti Firoza Damayanti Noor) yang berdarah Dayak – Minang, dan ChrisyeGuruh Soekarnoputra yang berasal dari keluarga Nasrani memilih masuk agama Islam mengikuti sang istri. Yanti sendiri adalah juga seorang penyanyi dan sekaligus merupakan sekretaris .

Chrisye dan Yanti dikaruniai 2 orang anak yakni: Rizkia Nurannisa dan Risty Nurraisa.

Sejak usia kecil, Chrisye sudah sering mendengar lagu – lagu koleksi milik ayahnya seperti: Frank Sinatra, Bing Crosby, Nat King Cole, dan beberapa koleksi lainnya.

Saat duduk di SMA, Chrisye mulai tertarik bermain musik. Ayahnya sempat membelikan dia sebuah gitar, sehingga Chrisye bersama Joris (sang kakak) sering belajar main musik dirumah. Mereka belajar otodidak sambil mempelajari musik yang di dengar dari piringan hitam milik ayahnya serta melalui lagu – lagu yang disiarkan radio pada saat itu. Chrisye lebih suka memainkan gitar bas, karena menurutnya sangat mudah dipelajari. Mereka kerap mengisi acara hiburan disekolah dengan bermain musik.

Diera tahun 1969, Chrisye bergabung sebagai basis dalam band bentukan keluarga Nasution (mantan tetangga Chrisye saatmasih kecil). Nama grup band tersebut adalah Sabda Nada yang kemudian diubah namanya menjadi Gypsi Band.

Chrisye pernah mengecap pendidikan di perguruan tinggi Universitas Kristen Indonesia (UKI). Namun karena jadwal manggung Gypsi Band yang sering tabrakan dengan jadwal kuliah Chrisye, akhirnya dia pindah kuliah ke Universitas Tri Sakti yang jam kuliahnya berbeda dengan jadwal pertunjukan Gypsi Band.

Tahun 1972, Gypsi Band mendapat tawaran manggung di New York – Amerika Serikat, namun saat itu Chrisye tidak ikut serta. Setelah beberapa bulan kemudian, Chrisye pun menyusul Gypsi Band ke New York dan meninggalkan bangku kuliahnya.

Selama di New York, Gypsi Band hanya membawakan lagu – lagu milik orang lain, baik itu lagu – lagu Indonesia maupun lagu – lagu barat.

Chrisye sempat mudik ke Indonesia pada tahun 1973, namun tahun 1974 ia pun balik lagi ke New York. Pada tahun 1975 Chrisye kembali pulang ke Jakarta – Indonesia karena wafatnya Vicky sang adik.

Akhirnya Chrisye memutuskan untuk menetap di Indonesia dan kembali ikut latihan bersama Gypsi Band beserta Guruh Soekarnoputra. Grup mereka saat itu namanya Guruh Gypsi sementara Chrisye sebagai vokalisnya. Mereka berhasil merekam sebanyak 4 lagu.

Tahun 1976 Guruh Gypsi pun meluncurkan album pertama mereka dan dianggap sukses.

Ia kemudian diajak oleh Jockie Surjoprajogo untuk ikut rekaman nyanyi di album kompilasi Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 milik Radio Prambors Rasisonia. Ia ditawari membawakan lagu “Lilin – Lilin Kecil” ciptaan James F. Sundah. Di album ini, lagu yang dinyanyikan Chrisye, diikutkan dengan lagu - lagu yang dibawakan oleh pemenang lomba lainnya.

Ternyata album ini meledak dipasaran dengan mengandalkan lagu “Lilin – Lilin Kecil” di tahun 1977.

Chrisye kembali rekaman tahun 1977 untuk album “Jurang Pemisah”, namun sayangnya album ini tidak sukses.

Tahun 1978, Chrisye kembali rekaman album untuk soundtrack film Badai Pasti Berlalu. Di album ini Berlian Hutahuruk diajak serta untuk khusus menyanyikan lagu “Badai Pasti Berlalu”. Album ini pun laris dipasaran.

Bulan Mei 1978, Chrisye memutuskan untuk serius bersolo karier dengan mulai menciptakan album “Sabda Alam”, setelah diajak oleh perusahaan rekaman Musica Studios. Penggarapan album ini dilakukan dengan serius dan dipromosikan ke radio – radio diseluruh nusantara juga disiarkan melalui TVRI. Ternyata album ini sangat laris dipasaran.

Tahun 1979 Chrisye bersama Jockie Surjoprajogo merilis album “Percik Pesona”, namun kurang diterima pasar.

Masih ditahun yang sama, Chrisye kembali menggarap album berjudul “Puspa Indah” dengan nuansa romantis. Di album ini berisikan lagu andalan “Gali Dan Ratna” serta “Gita Cinta”, yang kemudian di jadikan soundtrack film Gita Cinta Dari SMA. Album milik Chrisye ini kembali meraih sukses dan diterima oleh pasar.

Tahun 1981 album “Pantulan Cinta” diluncurkan oleh Chrisye yang masih kerja sama dengan Jockie Surjoprajogo. Namun album ini gagal dipasaran.

Tahun 1983 album “Resesi” digarap oleh Chrisye, Eros Jarot, dan Jockie Surjoprajogo. Album pop ini masih bernuansa romantis namun iramanya dipengaruhi oleh lagu - lagu dari grup The Police. Album ini juga laris dan sukses di pasar. Beberapa lagu hits dari album ini antara lain: Lenny, Hening, dan Malam Pertama.

Kemudian masih di tahun1983, Chrisye, Eros Jarot, dan Jockie Surjoprajogo, kembali merilis album “Metropolitan”, dan mereka bertiga lanjut merilis lagi Album “Nona”. Kedua album ini lumayan berhasil diterima masyarakat pencinta lagu pop tanah air. Album “Nona” ini berhasil meraih Sertifikat Platinum.

Tahun 1984, Chrisye meluncurkan album berjudul “Sendiri” yang penggarapannya dilakukan bersama Addie MS dan meraih penghargaan dari BASF AWARD.

Pada tahun 1985 Chrisye bekerja sama dengan Adjie Soetama dan menghasilkan dua album berturut – turut yaitu: “Aku Cinta Dia” yang sangat laku keras di pasaran serta berhasil meraih sertifikat emas, kemudian dilanjutkan dengan peluncuran album “Hip Hip Hura” yang juga laku dipasaran.

Album “Nona Lisa” dirilis tahun 1986 oleh Chrisye yang masih bekerja sama dengan Adjie Soetama dan diterima baik oleh pencinta lagu pop di Indonesia.

Tahun 1988 album “Jumpa Perdana” digarap oleh Chrisye kemudian tahun 1989 dia mengeluarkan album “Pergilah Kasih”.

Tahun 1993 Chrisye berkolaborasi dengan Yonky menggarap album “Sendiri Lagi”, dan album ini sukses meledak dipasar.

Tanggal 19 Agustus 1994, Chrisye mengadakan konser tunggal diacara ulang tahun RCTI ke-4. Konser ini dipercayakan kepada Erwin Gutawa untuk penggarapan musiknya. Ribuan tiket yang yang disediakan oleh panitia ternyata habis terjual.

Sukses dengan konser tunggal di Jakarta, Chrisye kemudian menggelar konser berikutnya di Bandung, Surabaya, dan Surakarta. Konser di ketiga tempat ini pula terbilang sukses, terbukti dengan habisnya tiket terjual.

Tahun 1996 album “AkustiChrisye” dirilis dan juga laku diterima pasar. Sebagian besar album ini direkam di Sydney dengan iringan orkestra dari Australia. Erwin Gutawa dipercayakan untuk melakukan mastering di album ini.

Album “Kala Cinta Menggoda”, diluncurkan pada tahun 1997 dan penjualannya juga sukses dipasaran. Setahun kemudian di tanggal 10 September 1998, video klip dari lagu yang juga berjudul Kala Cinta Menggoda dari album ini, meraih penghargaan MTV Video Music Award for South-East Asia. ChrisyeUniversal Amphitheater menerima penghargaan tersebut di – Los Angeles , Amerika Serikat.

Di Tahun 1999 pihak Musica Studios menawarkan untuk mempopulerkan kembali album “Badai Pasti Berlau”. Di album ini Chrisye masih bekerja sama dengan Erwin Gutawa dan diiringi oleh Victorian Philharmonic Orchestra – dari Australia. Kabarnya album ini menghabiskan biaya produksi sebesar Rp.800 juta. Untuk promosi album ini, Chrisye mengelar konser di Plenary Hall – Jakarta. Hasilnya, album ini sangat laku dipasaran.

Album “Konser Tur 2001” di luncurkan Chrisye pada tahun 2001. Setahun kemudian album “Dekade” dirilis dan materinya berisikan lagu – lagu yang dimulai era tahun 1940-an diantaranya ciptaan Ismail Marzuki yaitu Keroncong Pasar Gambir hingga lagu – lagu era 1990-an seperti Kangen milik Dewa 19. Penjualan album ini meraih sukses dipasaran.

Album “Senyawa” diluncurkan tahun 2004. Album ini merupakan karya terakhir dari Chrisye. Di album ini, ia sudah tidak bekerja sama lagi dengan Erwin Gutawa. Dipasaran, album “Dekade” ini sukses diterima oleh pendengar musik pop Indonesia.

Dibulan Juli 2005, Chrisye masuk rumah sakit Pondok Indah karena sesak nafas. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit Mount elisabeth – Singapura, dan didapati bahwa Chrisye mengidap kanker paru – paru. Ia kemudian diharuskan untuk menjalani kemoterapi.

Tahun 2006 kesehatan Chrisye mulai membaik. Dengan kondisi kesehatannya yang mulai pulih ini, ChrisyeAlberthiene Endah menyempatkan diri melakukan wawancara bersama untuk penulisan Biografi Chrisye.

Februari 2007, kesehatan Chrisye kembali memburuk. Tepat 30 Maret 2007, Chrisye menghembuskan nafas terakhir dikediamannya, yaitu di Cipete Selatan - Jakarta Selatan. Ia kemudian dikebumikan di TPS – Jeruk Purut.

          Sepeninggalan almarhum Chrisye, Musica Studios meluncurkan 2 album kompilasi yaitu “Chrisye In Memoriam – Greatest Hits” dan “Chrisye In Memoriam – Everlasting Hits”.

Baca Selanjutnya … BIOGRAFI CHRISYE

18/03/14

IWAN FALS LEGENDARIS FOLK DAN POP INDONESIA

          Virgiawan Listanto alias Iwan Fals, lahir pada 3 September 1966. Ayahnya seorang purnawirawan TNI yaitu Kolonel Anumerta Sucipto, dan nama ibunya Lies.

Iwan Fals pernah menimba ilmu diperguruan tinggi, yakni di Sekolah Tinggi Publisistik dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Di dunia olah raga, Iwan Fals pernah berprestasi meraih juara II dan juara IV Karate Tingkat Nasional.

Iwan Fals memiliki seorang istri bernama Rosana atau sering dipanggil Mbak Yos, dan mereka dikaruniai 3 orang anak yakni Galang Rambu Anarki (Almarhum), Annisa Cikal Rambu Bassae, Raya Rambu Rabbani.

Hanya almarhum Galang yang menjadi musisi mengikuti jejak Iwan Fals sang ayah, dan sempat menghasilkan 1 buah album untuk grup BUNGA.

Sepeninggalan almarhum Galang, aktifitas bermusik Iwan Fals sempat fakum beberapa tahun lamanya. Hingga tahun 2002, Iwan Fals kembali mengeluarkan album berjudul “Suara Hati”.

          Iwan Fals merupakan seorang penyanyi solo yang sering membawakan lagu – lagu pop balada dengan sedikit polesan irama country, rock, dan jazz. Tidak sedikit juga lagu – lagu Iwan Fals mengandung unsur kontemporer.

Banyak lagu – lagu Iwan Fals berisikan tentang kritik mengenai keadaan politik dalam negeri yang carut - marut, ketidak adilan penguasa (terutama saat jaman ORDE BARU), perilaku beberapa anggota dewan dan pejabat negara ini yang kurang memihak rakyat kecil bahkan cenderung melakukan korupsi, soal bencana alam, kehidupan sosial masyarakat Indonesia sehari – hari.

Tak jarang konser Iwan Fals dibatalkan oleh pihak pemerintah karena dianggap bisa menghasut dan memicu masyarakat melakukan perlawanan terhadap pemerintah ORDE BARU, yang dapat menimbulkan aksi anarkis.

Tidak sedikit juga lagu – lagu Iwan Fals yang terlalu tajam mengkritik pemerintah ORDE BARU, ditolak oleh pihak produser untuk direkam.

Iwan Fals sendiri bahkan beberapa kali pernah berurusan dengan pihak keamanan karena saat manggung membawakan lagu – lagu kritisnya pernah yang ditolak oleh pihak rekaman.

Iwan Fals dibesarkan di Bandung namun pernah tinggal di Jeddah – Arab Saudi selama 8 bulan. Diusia remaja ia sudah terbiasa ngamen di jalan. Bahkan saat Iwan Fals telah memiliki beberapa album rekaman, dia masih sempat ngamen ke jalan bahkan dari rumah ke rumah.

Album pertama Iwan Fals bersama teman – temannya yaitu Toto Gunarto, Helmi, dan Bambang Bule dalam grup Amburadul, direkam di Jakarta, namun album ini gagal dipasaran.

Kemudian Iwan Fals juga pernah ikut rekaman lagu – lagu humor, yang dalam album ini diisi dengan rekaman lagu humor dari Pepen, Krisna, dan Nana Krip, namun album ini juga gagal di pasaran.

Awal suksesnya Iwan Fals dalam dunia rekaman dimulai saat kerja samanya dengan Musica Studio dalam menggarap album “Sarjana Muda”. Semenjak itu semua album yang dirilis Iwan Fals sampai sekarang selalu laku dipasaran dan diserbu oleh penggemarnya.

Semua lapisan masyarakat sangat menyukai lagu karya dari Iwan Fals, terutama dari masyarakat kelas menengah kebawah. Fans fanatik Iwan Fals tersebar diseluruh tanah air, sehingga pada tanggal 16 Agustus 1999 dibentuklah sebuah komunitas yang mewadahi para penggemarnya yang bernama Yayasann OIYayasan Orang Indonesia (). Komunitas ini banyak melakukan berbagai kegiatan positif bagi masyarakat, diantaranya bakti sosial.

Karier musik Iwan Fals semakin cemerlang saat bergabung dengan grup SWAMI. Di formasi grup ini para personilnya terdiri dari para seniman senior, diantaranya: Sawung Jabo, Inisisri, Jockie Suryoprayogo, Naniel, Totok Tewel, dan Iwan Fals sendiri. Grup ini hanya bertahan hingga menghasilkan 2 album saja kemudian mereka pun resmi bubar. Lagu paling fenomenal dari SWAMI antara lain Bento dan Bongkar.

Selanjutnya Iwan Fals bergabung dengan grup Kantata Takwa yang dipelopori oleh Setiawan Djodi. Grup ini pun hanya mengeluarkan 2 buah album yakni Kantata Takwa dan Kantata Samsara, kemudian mereka pun bubar.

          Sampai saat ini Iwan Fals masih terus berkarya terutama untuk menyuarakan hak – hak para kaum akar rumput dan berbagai permasalahan sosial.




Baca Selanjutnya … IWAN FALS LEGENDARIS FOLK DAN POP INDONESIA

15/03/14

KOES PLUS PELOPOR MUSIK ROCK 'N' ROLL TANAH AIR

         
          Koes Plus dibentuk pada tahun 1969, yang merupakan pecahan dari grup band legendaris Indonesia yang bernama Koes Bersaudara. Grup ini dianggap sebagai band legendaris Indonesia yang mempopulerkan musik rock ‘n’ roll di tanah air.

Formasi pertama (tahun 1960 – 1063) Koes Bersaudara terdiri dari 5 saudara kandung antara lain: Nomo Koeswoyo , Tony Koeswoyo, Yon Koeswoyo, John Koeswoyo, dan Yok Koeswoyo. Kemudian pada formasi kedua, John keluar dari grup ini, sehingga tersisa 4 personil.

Keempat musisi legendaris Indonesia ini pernah ditangkap oleh pihak Pemerintah Republik Indonesia pada 1 Juli 1965, karena dianggap mempengaruhi kaum muda untuk bergaya hidup kapitalis melalui lagu – lagu milik The Beatles yang sering mereka bawakan saat manggung.

Namun grup ini tidak bertahan lama dan bubar, karena Nomo dan Yok memilih keluar dengan alasan punya kesibukan masing yang lebih utama diluar Koes Bersaudara.

          Selanjutnya Tony Koeswoyo membentuk Koes Plus dengan formasi Yon Koeswoyo, Murry, Totok AR, dan Tony Koeswoyo sendiri.

Awalnya lagu – lagu Koes Plus banyak menerima penolakan dari penikmat musik di tanah air.

Koes Plus pada samannya merupakan band panutan dari band – band lain yang ada di Indonesia, karena pada saat itu beberapa album ciptaan Koes Plus dianggap mempopulerkan aliran musik pop melayu serta pop jawa yang akhirnya menjadi trend. Sebut saja grup band legendaris papan atas sepert D’lloyd, Panbers, dan The Mercys, yang juga mengikuti jejak Koes Plus dengan menciptakan album pop melayu ketika itu.

Puncak kejayaan Koes Plus berada diera tahun 1970-an, dimana beberapa lagu – lagu mereka yang sangat populer diantaranya: Cinta Mulia, Penyanyi Tua, Oh Kau Tahu, Dara Manis ku, Nusantara I, II, III IV, dan V, Desaku, Bujangan, Jemu, Keleawar, O La La, Buat Apa Susah, Oh Kasihan, Kr. Pertemuan, Tul Jaenak, Ojo Nelongso, Layang Layang, Why Do You Love Me, Manis Dan Sayang, Kisah Sedih Di Hari Minggu, Mari Mari, Muda Mudi, Bis Sekolah, Kolam Susu, Pelangi, Telaga Sunyi, Diana, dan masih banyak lagi, yang merupakan lagu – lagu hits Koes Plus. Namun hingga saat ini mereka tidak pernah merasakan yang namanya royalti walau sepeser pun. Tidak heran jika beberapa personil Koes Plus ada yang mengalami taraf hidup memprihatinkan dalam segi ekonomi dan finansial.

Hampir seluruh masyarakat Indonesia di era tahun 1970 – an, tidak ada yang tidak mengenal lagu – lagu ciptaan Koes Plus, bahkan album baru dari grup ini selalu di tunggu – tunggu oleh masyarakat saat itu. Sebagian besar lagu – lagu Koes Plus sudah sangat dihafal oleh berbagai lapisan masyarakat ketika itu. Sehingga patutlah Koes Plus hingga saat ini dianggap sebagai ikon pelopor lagu pop tanah air.

Jumlah album dan lagu yang diciptakan era Koes Bersaudara sebanyak 17 album dengan 203 lagu. Sementara Koes Plus menciptakan album sebanayak 72 album dengan 750 lagu, sehingga total hasil karya mereka hingga album terakhir berjumlah 89 album = 953 lagu. Rekor yang belum tertandingi dalam sejarah musik tanah air hingga saat ini.

          Sampai saat ini Koes Plus masih sesekali manggung dengan menyisakan hanya 1 orang personil asli yang bertahan sejak awal dibentuknya grup ini hingga kini, yakni Yon Koeswoyo sang vokalis.















Baca Selanjutnya … KOES PLUS PELOPOR MUSIK ROCK 'N' ROLL TANAH AIR

10/03/14

PERJALANAN GRUP BLUES ROCK SLANK

          Berawal dari sebuah grup blues rock Indonesia dengan nama Cikini Stones Complex (CSC), yang dibentuk oleh Bimo Setiawan Almachzumi / Bimo Setiawan Sidharta alias Bimbim, Ini hanya khusus membawakan lagu – lagu milik Rolling Stones. Namun di tahun 1983, band ini bubar.

Bimbim kembali membentuk sebuah grup band rock Indonesia dengan nama Red Evil bersama dua saudaranya yaitu Denny dan Erwan. Saat band rock tanah air ini berganti nama jadi Slank pada tanggal 26 Desember 1983, formasi lama bertambah personil yakni plus Bongky (gitar) dan Kiki (gitar), serta resmi bermarkas dirumah Bimbim jalan Potlot nomor 14 – Jakarta. Kata Slank sendiri diambil dari sebutan “slengean” (merupakan istilah dari teman – teman mereka sendiri yang sering memanggil personil band ini sebagai cowok slengean).

Slank pun mencoba membuat beberapa demo dengan personil tetap, diantaranya Bimbim, Kaka, Bongky, Pay dan Indra. Akhirnya gayung bersambut, dimana tahun 1990 mereka memulai rekaman album pertama “Suit... Suit... He... He... (Gadis Sexy)”, yang mengandalkan lagu Memang dan Maafkan, dan mampu meraih BASF Award untuk kategori pendatang baru terbaik. Album ini mampu merubah selera pasar anak muda Indonesia yang saat itu di dominasi musik – musik pop melayu dari Malaysia, menjadi selera musik berirama Rock “N” Roll Blues.

Album kedua mereka tahun 1991, berjudul “Kampungan” juga sukses dipasaran dengan mengandalkan hits Mawar Merah dan Terlalu Manis.

Album ketiga Slank dirilis pada Desember 1993, yang berjudul “Piss”.

Album keempat dirilis tahun 1994, dengan titel “Generasi Biru”.

Tahun 1996, Album berjudul Minoritas dirilis Slank, dengan single hits-nya “Bang Bang Tut”.

Album “Minoritas” juga dirilis tahun 1996 saat Bongky, Indra, dan Pay dipecat secara resmi oleh Bimbim. Namun rumor yang beredar mengatakan bahwa ketiga personil tersebut justru minta mengundurkan diri lantaran tidak tahan melihat Bimbim dan Kaka yang sangat ketergantungan dengan narkoba jenis putaw.

Slank pun merekrut additional player yaitu Reynold (gitar) dan Ivanka (Bas), untuk mengisi kekosongan tersebut. Namun Reynold pun tidak bertahan lama karena alasan yang sama soal Bimbim dan Kaka yang masih sering mengkonsumsi narkoba.

Sementara masih ada tersisa show di beberapa kota, maka Slank segera merekrut Ivanka menjadi personil resmi mengisi posisi bas, dan Abdee direkomendasi oleh Ivanka untuk mengisi posisi gitas karena mereka berdua memang merupakan sahabat lama, dan pernah main bersama di grup band Flash. Ridho sendiri dikontak langsung oleh manager Slank untuk ikut bergabung mengisi posisi gitar plus keyboard. Maka terbentuklah formasi resmi ini hingga sekarang.

Album berjudul “Tujuh” diluncurkan tahun 1997, sekaligus posisi manager resmi diambil alih oleh Bunda Iffet ditahun yang sama.

Double album dari Slank yang berjudul 999 + 09 diluncurkan tahun 1999, dan ditahun ini Bimbim menikah dengan Reny yang sampai saat ini menjadi istrinya.

Tepat di tahun 2000, Slank kembali merilis album kompilasi yang berjudul The Best-nya Slank.

Tahun 2001, keluar album yang berjudul “Virus”.

Album ke-11 dirilis pada tahun 2003, yang judulnya “Satu Satu”. Album ini merupakan album rock terbaik dengan meraih AMI Award.

Album Road To Peace diluncurkan awal tahun 2004. Album ini merupakan album live pertama didunia yang langsung direkam diatas panggung saat mereka melakukan tour di 24 kota.

Ditahun ini juga Slank menjadi wakil Indonesia tampil di Thailand untuk mengisi acara MTV Asia Aid, yang mana pada saat itu band rock mancanegara ikut meramaikan, diantarnya: Hoobastank, Simple Plan, dan lain – lain.

Penghujung tahun 2004, album berjudul “PLUR” singkatan Peace, Love, Unity, Respect diluncurkan Slank. Di album ini Abdee dan Ridho dinobatkan menjadi gitaris terbaik versi Majalah Gitar Plus.

Slank juga menjadi icon MTV pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, tepatnya 7 Oktober 2005 untuk pertama kalinya Slank show di Gwangju – Korea Selatan.

Video DVD dan VCD live dari konser mereka saat tampil di A Mild Live Soundrenaline dirilis pada tahun 2005.

Akhir tahun 2005 Slank meluncurkan album berjudul “SLANKISSME”.

Tanggal 2 Januari 2006, Slank mengadakan konser di Jepang, untuk acara Charity For Sumatra. Ditahun ini Slank juga merilis album berjudul “Since 1983” di Malaysia dan melakukan promosi di negara tersebut. Masih di tahun 2006, Slank juga melakukan konsernya dibeberapa kota di Amerika atas undangan para mahasiswa Indonesia disana, sekaligus membagikan CD demo mereka yang berbasa Inggris. Tujuannya, karena mereka ingin mencoba “go international”. Dalam tur mereka di Amerika tersebut, Slank mengundang gitaris Blues Saraceno yang merupakan mantan guru gitar Abdee saat sekolah di Musician Institute – Hollywood, dan produser dari Amerika yaitu Shawn Frank yang datang bersama vokalis grup Crowned King untuk menyaksikan konser mereka.

Tahun 2007, Slank meluncurkan album berjudul “Slow But Sure”, dengan nuansa unplugged.

Tahun 2008, tawaran datang dari Blues Saraceno yang bersedia menjadi produser untuk album go internatioanl Slank yang pertama. Album tersebut beredar dipasaran pada tahun 2009 dengan judul “Anthem For Broken Hearted”, versi Bahasa Inggris.

Kemudian di tahun 2009, Slank melepas dipasaran album berjudul “Jurus Tandur 18”, singkatan dari Maju Terus Pantang Mundur. Konon album ini diperuntukkan bagi semua anak bangsa yang selalu memperjuangkan kebenaran dan hak asasi.

Album “I Slank You“, beredar pada 14 Februari 2012 yang semua lagunya bertemakan cinta. Dalam album ini, Slank mengaransemen kembali lagu ciptaan Murry (Drumer Koes Plus) yang berjudul Cubit Cubitan.

Tepat diulang tahunnya yang ke-30 pada tahun 2013, Slank meluncurkan lagi album berjudul “Slank" Nggak Ada Matinya”.

          Hingga sekarang para musisi legendaris Indonesia ini terus berkarya dan tetap eksis dijalur blues rockband rock legendaris yang mereka usung sejak awal berdirinya tanah air ini.





Sumber gambar: wikipedia.org







Baca Selanjutnya … PERJALANAN GRUP BLUES ROCK SLANK

08/03/14

GOD BLESS MENGGUSUNG ROCK PROGRESIF

       
          Salah satu band rock legendaris tanah air yaitu God Bless yang menggusung aliran rock progresif, saat ini masih eksis kendati personilnya telah memasuki usia senja. Walaupun band rock Indonesia ini sudah tidak menciptakan album lagi dan sudah jarang manggung, namun eksistensi mereka masih tetap diakui hingga ke generasi sekarang.

          Cikal bakal band ini dibentuk diawal era tahun 70-an oleh Ahmad Albar (Iyek) dan Ludwig Lemans yang merupakan seorang gitaris saat mereka berdua masih bergabung dalam sebuah band asal Belanda dengan nama Clover Leafs. Awalnya saat di Indonesia, band mereka dinamai Cazy Wheels yang beranggotakan: Ahmad Albar (vokal), Ludwig Lemans (gitar), Donny Fattah (bass), dan almarhum Fuad Hassan (drum). Ketika Itu band ini hanya membawakan lagu – lagu milik grup Kansas, Deep Purple, Easy Beast, dan Genesis, karena mereka belum punya album sendiri.

Tahun 1973 Jockie Surjoprajogo (keyboard) ikut bergabung di band ini untuk menggantikan posisi Dedy Dores. Kemudian di tanggal 5 Mei 1973, band ini resmi merubah nama menjadi God Bless, namun tidak berselang lama Jockie Surjoprajogo keluar dari grup band ini dan diganti oleh Soman Lubis.

Tahun 1974 Fuad Hassan (drum) dan Soman Lubis (keyboard) meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, lalu Ludwig Lemans (gitar) keluar dari grup band rock Indonesia ini dan kembali ke Belanda, sehingga personil yang tersisa hanya Ahmad Albar (vokal) dan Donny Fattah (bass). Selanjutnya Jockie Surjoprajogo (keyboard) kembali bergabung namun mengajak juga Ian Antono (gitar) dan Teddy Sujaya (drum).

Mereka pun akhirnya mencoba menulis beberapa lagu kemudian merekamnya disebuah studio kecil milik seorang penyiar radio, yaitu Alex Kumara. Suatu saat, lagu – lagu mereka sempat didengar oleh seorang sahabat dekat Ian Antono yang namanya Suryoko (bos PT. Aquarius Musikindo ketika itu), maka ditahun 1975 God Bless akhirnya merilis album pertama mereka berjudul “God Bless”.

Tahun 1979 Abadi Soesman ikut bergabung dalam grup band rock legendaris tanah air ini menggantikan posisi Jockie Surjoprajogo yang kembali undur diri dari God Bless. Album kedua berjudul “Cermin” berhasil dirilis pada tahun 1980. Menurut para kritikus musik yang menilai bahwa album “Cermin” ini merupakan album terbaik dari God Bless dari sisi musikalitas yang idealis, karena memiliki tingkat kualitas dan tehnik permainanan musik rock progresif yang luar biasa dari masing – masing personilnya. Tahun 1982, Abadi Soesman resmi keluar dari grup ini.

 Album ke tiga God Bless berjudul “Semut Hitam” diluncurkan pada tahun 1988, dan meupakan album yang sangat laris dipasaran. Album ini memiliki tempo yang agak cepat dan kencang serta didukung sound yang lebih distorsi, serta disesuaikan dengan selera pasar pada saat itu. Beberapa lagu yang hits dalam album ini antara lain: Kehidupan, Rumah Kita, Semut Hitam, dan Trauma.

Setelah album ketiga, Ian Antono (gitar) menyatakan diri keluar dari grup ini. Kemudian pada tahun 1989 Eet Sjahranie (gitar)masuk bergabung di God Bless menggantikan posisi Ian Antono.

Masuknya Eet Sjahranie membuat album ke empat God Bless di tahun 1989 yang berjudul “Raksasa”, sangat memberikan nuansa heavy metal terutama pada sound gitar.

Pada tahun 1997, God Bless kembali merilis album berjudul “Apa Kabar”. Di album ini formasi mereka dilengkapi duo gitaris, yakni dengan masuknya Ian Antono yang berpasangan dengan Eet Sjahranie. Namun tidak berselang lama Eet Sjaranie menyatakan mundur dari grup band ini, karena sibuk mengurus band yang dibentuknya bersama Ecky Lamoh, yang diberi nama EdanE.

Mei 2009 God Bless kembali merilis album yang berjudul “36th”, dengan formasi Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bass), Yaya Moektio (drum), dan Abadi Soesman (kibor).




Sumber Foto: Dennysakrie63.com
Baca Selanjutnya … GOD BLESS MENGGUSUNG ROCK PROGRESIF