24/05/14

ULLY SIGAR MUSISI KONTEMPORER INDONESIA


          Seorang aktivis lingkungan, penyanyi, pencipta lagu, dan musisi pop kontemporer tanah air, yang namanya sudah sangat dikenal sampai ke mancanegara dengan lagu – lagunya yang betemakan pelestarian alam.

Itulah dia Ully Sigar yang lahir tanggal 4 Januari 1952 di Garut – Jawa Barat dengan nama lengkap Rulany Indra Gartika Rusady Wirahaditenaya. Nama ayahnya Raden Mas Yus Rusady Wirahaditenaya dan ibunya Raden Ayu Marry Zumarya. Nama suami Ully Sigar adalah Ronny Sigar yang merupakan seorang pengusaha.

          Ully Sigar sudah mulai belajar gitar sejak usia 8 tahun yang diajarkan langsung oleh sang ayah. Ia juga punya hobi melukis.

Ayahnya seorang prajurit TNI yang pernah bertugas di Makassar – Sulawesi Selatan. Saat mereka sekeluarga menetap di Makassar, Ully Sigar bersama saudaranya yang lain pernah membentuk sebuah grup band yang semua personilnya wanita, dengan nama Puspa Nita dan Shinta Eka Paks.

Tahun 1975 saat Ully Sigar pindah ke Jakarta, ia kemudian belajar musik di Yayasan Musik Indonesia. Ia kembali perdalam pengetahuan musiknya dengan belajar pada Arjuna Hutagalung, bahkan pernah berguru pada seorang komponis kontemporer tanah air yaitu Slamet Abdul Sjukur.

Berbagai festival musik baik dalam negeri maupun luar negeri pernah diikutinya bahkan meraih prestasi. Di Festival Gitar Tunggal Jenis Pop se Indonesia yang diselenggarakan di Bandung, Ully Sigar berhasil merebut juara dua.

Berikutnya di Festival Lagu Populer Tingkat Nasional Ully Sigar mengikutkan 10 buah lagu ciptaannya, dan terbukti 2 lagunya yang terpilih menjadi lagu terbaik saat itu, diantaranya: lagu berjudul “Akhir Balada” dinyanyikan oleh duet Zwesti Wirabuana dan Ade Manuhutu, lalu lagu kedua berjudul “Harmonie Kehidupan” dinyanyikan oleh Dhenok Wahyudi, dimana lagu ini dipercayakan menjadi duta Indonesia untuk mengikuti Festival Pop Song Tingkat Inteenasional di Budokan Hall, Tokyo – Jepang pada tahun 1978.

Ketika mendampingi Dhenok Wahyudi ke Tokyo, Ully Sigar memakai ikat kepala ala Suku Dayak yang kemudian menjadi ciri khasnya yang tetap dipakai hingga saat ini. Bahkan pernah meraih predikat The Best Dresser’s untuk penampilan uniknya yang selalu menggunakan berbagai pernak - pernik aksesoris kontemporer.

Tahun 1978 Ully Sigar mengeluarkan album pertamanya berjudul “Rimba Gelap” yang diproduksi oleh Irama Mas.

Album kedua Ully Sigar yang berjudul “Pelita Dalam Gulita” beredar tahun 1981.

Kemudian pada tahun 1983 keluar lagi album ketiga Ully Sigar yang berjudul “Pengakuan”.

Serta ditahun 1986, Ully Sigar meluncurkan album keempatnya berjudul “Senandung Kabut Biru”.

Beberapa penyanyi lain pernah merekam ulang dan membawakan lagu – lagu ciptaan Ully Sigar, diantaranya: Anggun C. Sasmi, SAS Grup, Ita Purnama Sari, dan Bangkit Sanjaya. Peran Ully Sigar juga yang menjadikan Nicky Astria serta Maya Rumantir terkenal sebagai artis musik tanah air.

Pada tahun 2005 Ully Sigar bersama Kelompok Nyanyian Alam tampil satu panggung membawakan lagu “Musim Tanam” dalam event World Music Oreiental Festival (WOMF) di Sarajevo. Diajang itu mereka meraih 2 penghargaan yang masing – masing dari kategori: “The Best Performance” dan Audience Favorites, yang penilaiannya melalui voting dari penonton televisi di dunia.

Jejak Ully Sigar ternyata mulai diikuti oleh seorang putrinya yaitu Elsa F. Sigar yang saat berusia 8 tahun pernah meraih penghargaan sebagai pencipta lagu termuda untuk judul lagu “Rumah Yang Manis”.

Sebuah sekolah musik dengan nama Vini Vidi Vici didirikan oleh Ully Sigar yang berlokasi dijalan Melawai Raya, Kebayoran Baru – Jakarta. Sekolah tersebut pernah mengalami musibah kebakaran pada Desember 1982, namun dibangun kembali oleh Ully Sigar. Sekolah musik tersebut telah memiliki beberapa cabang di Jakarta dan kota – kota besar di Indonesia.

Seabreg prestasi yang telah diraih Ully Sigar dalam perjuangannya melestarikan lingkungan hidup melalui lagu – lagunya, seperti: Piagam Penghargaan Global 500 dari organisasi dunia PBB UNEP yang diterimanya pada tahun 1988, kemudian penghargaan Kalpataru dari Asean Development Citra Awards tahun 1999 – 2000.

Ully Sigar juga membentuk sebuah yayasan yang mengurus soal lingkungan hidup ditanah air pada tahun 1985 dan diberi nama Yayasan Garuda Nusantara (YGN). Melalui yayasan ini, ia mendirikan beberapa kelompok pencinta alam dan lingkungan. Salah satu dari kelompok tersebut yang merupakan kelompok paling pertama dibentuk oleh YGN, adalah Pandu Lingkungan Hidup (PLH) yang bermarkas di kota Balikpapan – Kalimantan Timur.

Untuk mendanai seluruh aktivitas YGN ini, mereka bekerjasama dengan beberapa donatur. Bahkan artis Paramitha Rusady (adik kandung Ully Sigar) juga sering ikut turun langsung ke lapangan membantu YGN mendampingi sang kakak.

          Salah satu sinetron produksi Ully Sigar sebanyak 12 episode berjudul “Anak – Anak Angin” yang bercerita tentang lingkungan hidup. Dalam sinetron ini Paramita Rusadi juga ikut memerankannya. Lokasi suting sinetron tersebut berada di Gunung Pancar, Desa Cimandala, Bogor – Jawa Barat. Lokasi yang merupakan milik pribadi Ully Sigar yang dijadikannya sebagai laboratorium pelestarian alam. Sejak tahun 1985, lokasi ini dijadikan Ully Sigar untuk melatih sekitar 30.000 pemuda yang berasal dari seluruh tanah air agar ikut mencintai dan melestarikan alam.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar