04/06/14

IDRIS SARDI SI BIOLA MAUT



          Saat masih kecil, Idris Sardi dikenal sebagai “Anak Ajaib” karena diusianya yang masih 8 tahun ia sudah mahir memainkan biola. Dan ketika Idris Sardi telah menjadi seorang maestro biola dibidang musik komersial, ia dijuluki “Si Biola Maut”.

          Idris Sardi lahir tanggal 7 Juni 1938 di Jakarta dan wafat tanggal 28 April 2014 di Cimanggis, Depok. Ia berasal dari keluarga turunan seniman. Kakeknya merupakan seorang musisi Keraton Yogyakarta.

Nama bapaknya adalah Sardi yang juga seorang seniman biola terkenal dan seorang ilustrator. Pak Sardi demikian ayahnya dipanggil, adalah anggota tetap yang bermain biola pada Orkes RRI – Jakarta. Sementara ibunya adalah Hadidjah merupakan bintang film tanah air.

Selama hidupnya, Idris Sardi telah tiga kali menikah. Isteri pertamanya adalah Zerlita, setelah itu ia menikah dengan seorang artis tanah air yaitu Marini, namun mereka bercerai. Danterakhir  Idris Sardi menikah dengan Ratih Putri.

Dua orang anak Idris Sardi yang menjadi artis film Indonesia dari pernikahannya dengan Zerlita adalah, Santi Sardi dan Lukman Sardi.

Idris Sardi mulai belajar main biola pada ayahnya saat berusia masih 6 tahun. Kemudian diusia 8 tahun, ia diterima sebagai mahasiswa pada Akademi Musik Indonesia (AMI) Yogyakarta oleh Nicolai Vortofolomeyeff, yang merupakan seorang musisi perlarian Rusia dan saat itu memimpin Orkes Radio RRI Jakarta.

Masa kecil Idris Sardi sehari – hari lebih banyak diisi dengan kesibukannya bermain biola di RRI Yogyakarta pada pagi hari, selanjutnya mengikuti perkuliahannya di AMI pada siang hari, lalu sore harinya kembali lagi ke RRI Yogyakarta. Nyaris tidak ada waktu bagi Idris Sardi kecil untuk bermain dengan teman sebayanya ke tempat lain.

Untuk pertama kalinya di tahun 1949 ia tampil didepan publik mengikuti Konser Akademi Musik Indonesia di Gedung Negara Yogyakarta, dan mendapat sambutan yang luar biasa.

Pada tahun1952 ia masuk ke Sekolah Musik Indonesia (SMIND) Yogyakarta. Waktu itu SMIND hanya menerima siswa mulai lulusan SMP keatas, sementara Idris Sardi masih berusia 14 tahun. Ketika itu yang menjadi pemimpin orkes pada Sekolah Musik Indonesia (SMIND) tersebut adalah Nicolai Varvolomejeff, sehingga memudahkan Idris Sardi masuk menjadi siswa disekolah tersebut.

Karena kepiawaiannya bermain biola diusia yang masih kanak – kanak, maka Idris Sardi dipercayakan sebagai concerto master di SMIND. Idris Sardi bersama sahabatnya yaitu Suyono (salah satu violis terbaik SMIND saat itu) merupakan siswa yang sangat berbakat di SMIND.

Idris Sardi juga pernah belajar biola pada dua orang pemain biola asal Hongaria, yaitu George Setet ditahun 1952 – 1954 waktu masih di Yogyakarta dan Henri Tordasi tahun 1954 di Jakarta. Hongaria adalah salah satu negara yang banyak melahirkan musisi biola terkenal.

Ketika Idris Sardi berumur 16 tahun, ayahnya meninggal dunia pada tahun1953. Kemudian ia diminta untuk menggantikan posisi almarhum sang ayah sebagai violis untuk Orkes RRI Jakarta pimpinan Saiful Bahri. Mulai dari sinilah Idris Sardi sering tampil diberbagai acara kenegaraan dan di Istana Negara.

Seiring perjalanan musik Idris Sardi yang membawa nama besarnya saat itu, disisi lain keadaan ekonominya tetap pas - pasan saja. Bagaimana caranya ia bisa bermimpi ingin hidup mapan, agar segala kebutuhan apapun bisa terpenuhi, jika hanya mengandalkan musik non komersial pada era tahun 1960-an di Indonesia? Memang masih sangat sulit ketika itu.

Atas pertimbangan ini sehingga membuat Idris Sardi mengambil keputusan meninggalkan idealismenya untuk menekuni dunia musik biola yang serius Idolisme Heifetz. Ia kemudian beralih memilih bermain musik biola yang komersial Helmut Zackarias. Keputusannya ini membuat para pengamat musik bereaksi. Idris Sardi dituding sebagai bukan musisi sejati yang idealisme (pelacur musik).

Jika saat itu Idris Sardi tetap meneruskan bermain musik biola yang serius sampai ke tingkat Kelas Master melalui Jascha Heifetz atau Yahudi Menuhin, maka dipastikan ia sudah dikenal saat ini sebagai salah satu pemain biola kelas dunia yang sejajar dengan Jascha Heifetz dan Yahudi Menuhin.

Orang Indonesia pertama yang pernah belajar langsung dengan Jascha Heifetz adalah Ayke “Liem” Nursalim, adalah seorang pemain biola wanita yang terkenal ditanah air. Pada tahun 1955 diusianya yang masih 4 tahun, Ayke “Liem” Nursalim telah ikut bermain orkestra di Yogyakarta.

Beberapa musisi terkenal yang pernah menjadi guru biola Idris Sardi saat ia belajar musik di Eropa, seperti: Boomer (Jerman), Hendrick Tordasi & Frank Sabo (Hongaria), Henk Te Straake (Belanda), Keney (Inggris), dan Madanie Renee Tovanos (Prancis).

Sejak era tahun 1970-an, Idris Sardi akhirnya sudah bisa mulai merasakan hidup mapan. Berbagai prestasi dan penghargaan dari dunia musik komersial diraih Idris Sardi, seperti:

1. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Pengantin Remaja pada tahun 1971,
2. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Perkawinan pada tahun 1973,
3. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Cinta Pertama pada tahun 1974,
4. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Sesuatu Yang Indah pada tahun 1977,
5. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Budak Nafsu pada tahun 1984,
6. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Doea Tanda Mata pada tahun 1985,
7. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Ibunda pada tahun 1986,
8. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Tjoet Nja Dhien pada tahun 1988,
9. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Noesa Penida pada tahun 1989, dan
10. Piala Citra untuk Penata Musik Terbaik film Kuberikan Segalanya pada tahun 1992,
11. Menerima Mahkota Penghargaan, Penghormatan, Pengabdian, Dedikasi, dan Konsistensi di Bidang Musik Indonesia pada tahun 2001 dari Sri Sultan Hamengkubuwono X.
12. Golden Maestro Award dari Yayasan Pendidikan Musik pada tahun 2002,
13. Legenda BASF Award.

Pada tahun 1966, Idris Sardi medapat tawaran untuk melatih Satuan Musik Militer Kodan X dengan murid sebanyak 700 orang, diberi pangkat Letnan Kolonel CAJ. Bahkan tahun 1997, dirinya juga ikut melatih musik untuk Kopasus.

Seorang violis papan atas Indonesia yaitu Maylaffayza Wiguna merupakan anak murid Idris Sardi.

          Pada tanggal 28 April 2014, Idris Sardi menghembuskan nafas terakhir di RumahSakit Meilia, Cibubur, karena telah lama menderita liver dan sakit pada bagian lambung.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar